Pernah mendengar Katarina Koni Kii? Coba buka beberapa media di awal Juni 2005, dan cari informasi mengenai Anugerah Kalpataru 2005, dan anda akan menemukan namanya disana. Sosok ibu tua ini memang terlihat sama dengan ibu-ibu lainnya, terlihat kurus dengan garis-garis di wajahnya, belum lagi rambut putihnya yang membuat sosoknya semakin terlihat tua. Penampilannya memang sederhana, juga sirih pinang yang tidak pernah lepas dari mulutnya, sebuah ciri khas masyarakat Sumba.
Namun, apa yang dilakukannya selama ini membuat saya seorang lulusan kehutanan menjadi minder. Bagaimana tidak, ibu tua dengan umur sekitar 60an ini dengan gigihnya menanami 4 hektar lahan peninggalan suaminya dengan berbagai jenis pohon-pohon. Suaminya memang sudah meninggal sejak tahun 1987 dan meninggalkan lahan tersebut beserta 5 orang anak yang masih kecil-kecil. Obrolan ringan dengan tetangganyalah yang membuat dia tergerak untuk menanam pohon-pohon tersebut. Harga kayu akan semakin mahal.. begitu menurut sang tetangga dan itu membuatnya tergerak untuk menanam pohon-pohon tersebut. Tujuan awalnya hanya satu… untuk masa depan anak cucunya nanti. Supaya mereka bisa mengambil hasilnya dan tidak mengalami kehidupan seperti yang dia jalani saat ini.
Sungguh.. sebuah pernyataan membuat saya cuma bisa diam ketika membacanya. Saat ini di lahannya yang kering, seperti halnya lahan-lahan di Pulau Sumba ini, terdapat lebih dari 400 pohon yang sebagian besar adalah jenis Cendana yang sudah mulai langka di Sumba ini, juga tanaman-tanaman lain seperti Mahoni, Kemiri dan tanaman lokal lainnya. Untuk kehidupannya sehari-hari, ia hanya mengandalkan hasil ubi-ubian dan jagung yang ia tanam di sekitar pohon-pohon tersebut.
Kalpataru memang bukan yang ia cari, tapi melalui penghargaan itu Katarina menghentak saya dan juga mungkin ribuan sarjana kehutanan di negeri ini. Bukan omong besar yang dibutuhkan untuk membuat lingkungan hidup ini lestari, tapi cukup dengan kerja keras dan sebuah mimpi untuk sebuah kehidupan yang lebih layak bagi orang-orang yang kita cintai.