i’m going home

“saya hamil ..”

ucapan itu membuat gempar sebuah rumah mungil di sabtu pagi yang cukup terang untuk ukuran bulan desember. bukan sebuah kabar baik juga karena si pemilik suara adalah seorang perempuan remaja umur 25 tahun yang belum pernah terdengar berpacaran. hidupnya selama ini terfokus pada belajar.. belajar.. dan memberikan prestasi yang terbaik untuk kedua orangnya. wajahnya semakin terlihat memerah, menahan tangis dan ketakutan. ibunya berteriak histeris mendengar kabar dari si anak semata wayangnya itu. sang ayah, dengan wajah yang gusar namun berusaha terlihat tenang, menanyakan ayah si jabang bayi itu.

suatu hari minggu, dengan persiapan seadanya, pernikahan dadakan pun diadakan. cukup di sebuah kamar hotel mungil, dengan dihadiri oleh beberapa orang kerabat mereka, maka sang penghulu pun memandu upacara sederhana ijab kabul tersebut. tak ada tangis haru, tak ada lagi amarah, semua berjalan dengan sunyi dan sesuai prosedur.

15 tahun berlalu, dan si jabang bayi telah menjadi lelaki dewasa. si perempuan tetap menyendiri hingga saat ini dan menjadi orang tua tunggal untuk si anak. ia bangkit dan mencapai semua hal yang pernah ia tinggalkan: kuliahnya, karirnya, mimpinya. ayah sang jabang bayi tetap bersama dengan keluarganya yang pertama. perempuan itu tetap pasrah menjadi bayangan tanpa mau menuntut ataupun membuka aib sang ayah.

what a choice…

bukan.. bukan.. itu bukan kisah hidup gue. bercermin pada si perempuan, pilihan-pilihannya mulai dari berhubungan seks, menjadi orang tua tunggal, hingga tutup mulut terhadap aib ayah si jabang bayi memberikan resiko yang mungkin tidak semuanya sanggup ia terima. namun, belajar dari pengalaman buruk dan lebih berhati-hati membuat pilihan membuatnya semakin siap untuk menerima resiko yang hadir.

buat gue, hidup terdiri dari banyak pilihan yang masing-masing punya resiko di sisinya. buat gue kita tidak akan pernah bisa menghindari resiko itu, kecuali memang kita tidak membuat pilihan. namun, itu berarti kita tidak hidup, kan? tapi kita bisa mengatur resiko dengan belajar memilih, juga belajar untuk menerima resiko atas pilihan yang sudah kita buat.

memilih dalam hidup buat gue juga sebuah proses pembelajaran. tidak ada satu orangpun yang dengan tepat memilih hal yang baik untuk hidupnya sejak kecil. gue yakin, semua orang pasti pernah jatuh, down, hancur or even hampir mati karena pilihan-pilihan itu. bangun dari kehancuran dan belajar untuk bangkit, merupakan pencapaian yang hebat dari seorang manusia.

episode hidup gue yang dimulai desember tahun lalu sudah hampir habis. gue siap membuat episode baru lagi di 7 bulan ke depan hidup gue. episode-episode ini memang bagian dari satu pilihan yang gue buat 2 tahun lalu. banyak resiko yang timbul karena pilihan ini. sebagian adalah resiko yang memang sudah gue prediksi, namun sebagian adalah resiko yang gue sendiri gak tau pada awalnya. gue ‘harus’ siap dengan semua itu, walaupun beberapa kali gue sempat shock dengan apa yang terjadi. tapi gue menikmati itu, kok.

delapan bulan episode gue di belanda, ternyata waktu yang cukup panjang. gue naik ke satu tahapan atas pilihan gue menjalani ‘persekolahan’ ini. banyak hal baru yang gue lakukan berkaitan dengan status gue sebagai phd student dan yang pasti menambah panjang daftar kesibukan selama delapan bulan kemarin. tapi, resiko ini memang sudah pernah diprediksi dan gue, sekali lagi, menikmati ini semua.

balik ke belanda juga berarti mendapat lingkaran pertemanan dan jejaring yang berbeda lagi. to be honest, kali ini memang sangat berbeda dengan lingkaran sebelumnya. banyak hal baru yang gue jalanin, banyak orang dengan karakter baru yang gue temukan, termasuk banyak orang dengan latar belakang dan pandangan hidup yang berbeda. tapi semua membuat hidup gue semakin kaya. negatif dan positif membuat gue bisa terus belajar untuk menjadi orang yang lebih baik. belajar memang tidak memandang umur dan bisa pada siapa saja.

gue pun banyak bertemu orang-orang yang selama ini lebih banyak ditemui di dunia maya. raditya dika, merlyna lim, colson adalah sebagian diantaranya. amazing rasanya bisa bertemu orang-orang hebat yang selama ini lebih banyak gue baca lewat blog-blog mereka. radit ternyata tidak selamanya gila seperti kambingnya, bahkan ia jauh lebih cerdas dan ber-visi untuk seorang kambing jantan (ya iya laah.. ). mer? salah satu inspirator untuk terus berjuang di tanah orang. si perempuan multi talenta ini pun sangat berbeda ketika gue ketemu pertama kali di tahun 2004 dulu. ia ternyata sangat bodor, kalau orang sunda bilang. colson, orang belanda yang cinta indonesia (benar kan colson?). gue gak kebayang bisa ketemu dengan kakek satu cucu ini. bahkan pada saat bertemu, gue gak ngeh kalo itu adalah colson sang pelopor. alhasil, ketika kami sama sama menyebutkan nama blog masing-masing, saya terkejut bukan kepalang. it’s nice to meet you, colson! let’s have a drink next year in utrecht or in indonesia!

besok gue bakal meninggalkan kota ini. setengah diri gue exicted untuk pulang ke rumah (dan juga berau!!), tapi sebagian lagi membuat gue sedikit sudah merindukan kota utrecht ini (i miss it already!!). tapi gue percaya kalau episode ini akan lebih bermakna dibanding episode yang sama di tahun lalu. banyak orang-orang baru yang siap gue temui dan berharap akan menjadi lingkaran yang baru di hidup gue. juga tentunya, sahabat-sahabat lama yang gak sabar buat gue temui, menyatukan lagi lingkaran-lingkaran yang pernah terbentuk, sekaligus menyelesaikan banyak project gila bersama mereka. can’t wait to see you, pals!!

anyway.. udah seminggu gue mendengarkan lagu ini. bikin gue pengen pulang. enjoy friends!!

[aaqq01]yRu-eAdZ050[/aaqq01]

it’s my song of the weeks (week 30-32): kenny loggins – celebrate me home