apakah kita menghargai diri sendiri?

salah satu hal ‘tidak-baik-untuk-diikuti’ yang sering dilakukan selama saya tinggal di belanda adalah ‘tidak bangun pagi’. jam 8-9 adalah bangun pagi saya. ditambah lagi dengan ritual pagi saya yang amat sangat susah untuk dihilangkan, mulai dari membuka internet, buang air, mandi, ngopi (plus sarapan roti) dan sesekali merokok. dengan segala hal itu, tak heran jika jam kerja saya baru dimulai setidaknya jam 10 pagi. jika saya bangun lebih siang, dan saya tidak menghilangkan ritual pagi itu, maka jam datang saya ke kampus menjadi lebih siang.

saya memang mengompensasikannya dengan pulang telat, namun itu tidak membuat semua pekerjaan menjadi lebih sempurna. baru saja datang,  dalam dua jam tiba-tiba sudah ada rekan kerja di pintu yang mengajak makan siang. pada akhirnya datang siang malah membuat saya tidak bisa efektif bekerja. saya memang tidak punya kewajiban untuk datang 9-5 seperti halnya pekerja kantoran. target menulis disertasi membuat saya bisa bekerja kapan saja dan di mana saja. namun, saya sendiri membatasi untuk mengerjakan disertasi hanya di kampus dan bukan di rumah. menyenangkan? untuk beberapa hal, iya.

tapi jangan salah duga, dalam beberapa tahun hidup di belanda, saya (untungnya) jarang terlambat jika ada janji pertemuan/rapat/seminar dengan supervisor, rekan kerja, ataupun kolega lain. saya bisa lebih bangun pagi ataupun tidak melakukan ritual pagi saya agar tidak terlambat. apalagi tinggal di belanda ini, ketika jam-tidak-karet begitu banyak, saya pun harus berupaya untuk tepat waktu. janji dengan supervisor ataupun rekan-rekan kerja lainnya sejauh ini masih lebih banyak tepatnya dibanding ngaretnya. semua bermuara pada satu hal, karena tidak ingin mengecewakan orang lain.

walaupun, beberapa kali juga saya terlambat ketika berjanji dengan beberapa teman, namun saya selalu berusaha untuk tidak melakukannya lagi *maafkan.. maafkan saya*. juga ketika pulang ke indonesia, saya beberapa kali terlambat datang dengan berbagai alasan, seperti macet, hujan, dan masih banyak lagi. beruntung jika orang yang saya ‘telati’ ternyata terlambat juga, namun jika tidak maka saya yang akhirnya merasa malu melakukan itu. belum lagi jika mereka marah ataupun merasa membuat saya tidak menghargainya. maka, hargai-orang-lain-jika-ingin-dihargai, adalah pernyataan yang tidak perlu dikomentari panjang lebar lagi. harus itu.

hari ini, ketika saya berpikir tentang bagaimana cara kita menghargai orang lain, kebiasaan bangun siang ini membuat saya terhenyak. saya dengan IRONIS-nya ternyata TIDAK MENGHARGAI DIRI SENDIRI. saya punya (dan membuat) banyak target untuk diri saya sendiri, untuk bisa menyelesaikan disertasi, untuk tetap ke kampus walaupun saya bisa mengerjakannya di rumah, untuk bisa memanfaatkan waktu seoptimal mungkin, untuk bisa tetap dekat dengan Beliau, dan masih banyak lagi. tapi apa yang saya lakukan? saya tidak menghargai semua janji yang saya buat pada diri saya sendiri. saya dengan semena-menanya bangun siang dan mengacaukan semua janji yang sudah saya buat. saya tidak menghargai diri saya sendiri. bagaimana mungkin saya bisa menghargai orang lain tapi tidak pada diri sendiri? paradoks? atau kebodohan?

sebagian besar kita memang sangat bisa menghargai orang lain. namun seringkali juga kita lupa untuk bisa menghargai diri kita sendiri. kita seringkali hanya berusaha membuat orang lain tidak kecewa. kita bersusah payah untuk bisa menjaga kredibilitas kita di depan orang lain. kita menjaga perasaan orang lain agar image kita tidak menjadi negatif dan posisi kita tidak hilang. tapi apakah kita menghargai diri kita sendiri dengan menepati janji yang sudah kita buat pada diri sendiri?

semua pemikiran ini malah membuat saya malu. saya ternyata tidak sepenuhnya bisa dikatakan menghargai orang lain. bagaimana mungkin semua hal itu karena saya menghargai orang lain, sedangkan saya masih semena-mena pada diri sendiri. jangan-jangan itu karena saya hanya tidak ingin mengecewakan orang lain, atau lebih parahnya menjaga image baik di hadapan orang. masih jauh rupanya bagi saya untuk mengatakan bahwa saya bisa menghargai orang lain, karena saya masih perlu belajar tentang sebuah keseimbangan. tidak hanya pada orang lain, namun juga pada diri sendiri.

nah, bagaimana dengan anda? apakah anda sudah menghargai diri sendiri? apakah anda sudah menepati janji yang anda buat untuk diri sendiri? untuk makan teratur, untuk tidur teratur, untuk hidup lebih sehat, dan janji-janji lainnya. kalau belum, mungkin anda perlu memikirkan cara menghargai diri sendiri tanpa melupakan penghargaan pada orang lain. kalau saya akan memulainya dengan bangun lebih pagi. doakan.